Bandung, Indonesia – HPI Komisariat Daerah Jawa Barat bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (Unpas) telah sukses menyelenggarakan Kuliah Umum bertajuk Penerjemahan Bisnis Era Digital: Membangun Keterampilan Dalam Menghadapi Dinamika Global pada Rabu, 23 Oktober 2024. Acara ini dilangsungkan di Kampus Unpas Setiabudi dan dihadiri oleh para dosen Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Unpas dengan menghadirkan Ibu Anna Wiksmadhara serta Irfan Ferlanda (Ketua HPI Komda Jabar) sebagai narasumber.
Acara dibuka dengan sambutan hangat dari pihak Universitas Pasundan, serta sambutan dari Sekretaris HPI Komisariat Daerah Jawa Barat, Bu Meita Lukitawati Sujatna.
Dalam sesi pertama, Kang Irfan berbagi pengalaman berharga tentang perjalanan kariernya sebagai penerjemah, mulai dari dunia akademik hingga profesional. Kang Irfan membahas berbagai aspek dasar dalam dunia penerjemahan seperti penentuan biaya (fee), penggunaan alat bantu penerjemahan (tools), serta tantangan yang dihadapi penerjemah di era digital saat ini.
Sesi kedua dilanjutkan oleh Ibu Anna Wiksmadhara, seorang penerjemah senior yang juga merupakan Sekretaris Umum HPI Pusat dengan pengalaman lebih dari 30 tahun. Ia memaparkan potensi besar dalam pasar penerjemahan, khususnya di bidang dokumen administrasi dan hukum. Materi yang disampaikan juga mencakup pembahasan mendalam mengenai teknik penerjemahan dokumen hukum serta surat-menyurat kantor, yang merupakan area penting dalam dunia bisnis internasional.
Setelah sesi kedua, acara berlanjut dengan sesi istirahat untuk memberikan waktu bagi peserta berinteraksi dan bertukar pikiran.
Usai istirahat, sesi ketiga dan keempat kembali dilanjutkan oleh Ibu Anna dengan diskusi lanjutan seputar penerjemahan dokumen administrasi dan hukum. Selain itu, Ibu Anna juga memperkenalkan teknik-teknik dalam menerjemahkan teks jurnalistik, yang diikuti dengan latihan langsung bersama para peserta. Sesi latihan ini memberikan pengalaman praktis yang sangat bermanfaat bagi para peserta dalam memahami dan mempraktikkan keterampilan penerjemahan mereka.
Acara ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada para peserta sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi mereka, diikuti dengan sesi foto bersama yang menandakan berakhirnya kegiatan. Kuliah umum ini berjalan dengan sukses dan memberikan wawasan berharga tentang tantangan dan peluang dalam dunia penerjemahan bisnis di era digital.
HPI Pusat bekerja sama dengan Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa Universitas Islam 45 (UNISMA), serta dibantu oleh HPI Komisariat Daerah Jawa Barat sukses menggelar Kuliah Umum Penerjemahan serta Penandatanganan Nota Kesepahaman pada hari Rabu, 16 Oktober 2024. Acara ini dilaksanakan di kampus UNISMA dengan menghadirkan Ibu Anna Wiksmadhara sebagai narasumber utama.
Acara dibuka dengan sambutan pihak UNISMA. Selain itu, Ketua Umum HPI, Bapak Indra Listyo, M.M., M.Hum., juga turut memberikan sambutan sebelum acara utama dimulai.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan penandatanganan MoU, MoA, dan IA antara UNISMA dan HPI, sebagai wujud komitmen untuk memperkuat kerja sama dalam peningkatan kompetensi penerjemah di Indonesia. Penandatanganan ini diiringi dengan pemberian cendera mata sebagai simbol apresiasi.
Dalam sesi kuliah umum, Ibu Anna menyampaikan materi yang kaya wawasan terkait tantangan dan peluang di industri penerjemahan kepada mahasiswa.
Sesi ini diikuti dengan tanya jawab interaktif yang makin memperdalam diskusi dan menambah antusiasme peserta.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama, menandakan akhir dari rangkaian kegiatan yang berlangsung sukses dan lancar.
HPI Komisariat Daerah Jawa Barat menyelenggarakan Pelatihan Trados pada Sabtu, 2 Desember 2023. Bekerja sama dengan Balai Bahasa UPI, kegiatan pelatihan ini dilaksanakan secara luring di Gedung Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Pelatihan ini diselenggarakan untuk memberikan kesempatan kepada para penerjemah untuk meningkatkan keterampilannya. Penguasaan perangkat lunak Trados diharapkan dapat membantu menerjemahkan berbagai jenis teks dengan lebih mudah, akurat, dan cepat.
SDL Trados adalah salah satu perangkat lunak Computer Aided Translation/Computer-Assisted Translation Tool (CAT Tool) yang populer di kalangan penerjemah profesional karena dapat membantu para penerjemah untuk menyelesaikan proyek bervolume besar dan meminimalisasi kesalahan manusia.
Acara pelatihan Trados ini mengundang Pak Hikmat Gumilar sebagai instruktur untuk membimbing para peserta dalam mempelajari perangkat lunak Trados Studio. Pak Hikmat, yang sudah memiliki banyak pengalaman sebagai penerjemah purnawaktu sejak tahun 2011, membagikan ilmunya dari pukul 08.30 hingga 15.00 WIB.
Pelatihan dimulai setelah Ketua HPI Komda Jabar, Muhammad Irfan Ferlanda, memberikan sambutan singkat kepada peserta. Pak Hikmat kemudian memulai acara dengan menceritakan pengalaman profesionalnya sebagai profesional bahasa.
Pak Hikmat melanjutkan penjelasannya terkait alasan beliau memilih menggunakan Trados untuk membantu dalam penerjemahan dokumen. Selain karena popularitasnya di pasar internasional, Trados juga memiliki berbagai fitur canggih dan mudah digunakan oleh pemula.
Salah satu keunggulan dalam menggunakan CAT Tool adalah fitur Translation Memory. Translation Memory merupakan database berisi informasi bahasa yang berkaitan dengan sumber dan target teks terjemahan. Fitur ini dapat menyimpan informasi bahasa teks yang sedang dikerjakan untuk mempermudah proses penerjemahan.
Setelah selesai memaparkan materi, Pak Hikmat kemudian meminta para peserta membuka aplikasi Trados pada laptop mereka masing-masing untuk mulai berlatih secara langsung.
Dipandu oleh Pak Hikmat, peserta berkenalan dengan antarmuka pengguna Trados sembari mencoba menerjemahkan dokumen latihan secara individu. Sebagian besar peserta masih belum terbiasa menggunakan Trados. Namun, dengan arahan Pak Hikmat dan bantuan teknis rekan-rekan pengurus HPI Komda Jabar, perlahan-lahan para peserta mulai cakap menggunakan Trados.
Peserta antusias dalam mengerjakan latihan yang diberikan hingga waktu acara berakhir. Sebagai penutup, Pak Hikmat menjelaskan bahwa dibutuhkan waktu dan ketekunan dalam menguasai Trados. Oleh sebab itu, Pak Hikmat menyarankan agar peserta meluangkan waktu untuk mencoba menggunakan Trados.
Pak Hikmat memberikan tugas untuk para peserta agar dapat berlatih secara mandiri dan membiasakan diri menggunakan Trados. Peserta juga dapat bertanya langsung kepada Pak Hikmat melalui grup WhatsApp Pelatihan Trados yang disediakan. Selain itu, Pak Hikmat juga akan mengadakan beberapa sesi Zoom lanjutan untuk menjawab pertanyaan dan berdiskusi dengan peserta yang telah mengikuti pelatihan hari itu. Acara pelatihan pun secara resmi ditutup oleh moderator tepat pada pukul 15.00 WIB.
Webinar ke-10 HPI Komda Jabar bertajuk Post-Editing Terjemahan Mesin: Strategi dan Teknik yang Efektif diadakan pada hari Sabtu, 2 September 2023 melalui Zoom. Dalam webinar kali ini, Mas Ade Indarta berbagi ilmu dan pengalamannya seputar dunia penyuntingan hasil teks penerjemahan mesin atau yang lebih dikenal dengan machine translation post-editing (MTPE).
Acara yang dipandu oleh Wildan Hariz, anggota seksi kegiatan HPI Komda Jabar, ini dihadiri oleh sekitar 96 peserta termasuk anggota pengurus. Setelah acara dibuka oleh sambutan dari ketua HPI Komda Jabar dan ketua HPI Pusat, Mas Ade yang sudah memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam bidang MTPE mengenalkan para peserta tentang selak-beluk dunia tersebut. Selain itu, Mas Ade juga memberikan berbagai strategi, teknik, dan metode evaluasi yang digunakan dalam MTPE.
Mas Ade menjelaskan secara sederhana bahwa MTPE adalah menyunting dan mengoreksi hasil penerjemahan mesin. Beliau memaparkan secara singkat bahwa terjemahan mesin sudah berkembang selama beberapa dekade dan makin dapat diandalkan. Namun, peran manusia masih diperlukan untuk meningkatkan kualitas hasil terjemahan mesin agar lebih akurat, jelas, dan bebas dari kekeliruan.
Mas Ade juga memaparkan bahwa jumlah permintaan MTPE makin meningkat seiring dengan meningkatnya sentimen positif terhadap hasil penerjemahan mesin. Tentunya, tren positif ini harus dimanfaatkan oleh para penerjemah dengan mengasah kemampuannya dalam menyunting teks.
Penerjemah dapat mengikuti beberapa strategi agar kompetensinya sebagai post-editor meningkat. Penerjemah dapat mengikuti kursus post-editing, melatih keterampilannya secara mandiri menggunakan aplikasi daring yang tersedia secara gratis, dan menguasai pedoman umum post-editing seperti TAUS dan ISO 18587:2017.
Mas Ade juga menjelaskan teknik MTPE yang dapat digunakan. Penerjemah dianjurkan untuk fokus memahami teks sumber secara baik, membaca dan mengevaluasi hasil penerjemahan mesin, dan memfinalisasi teks sasaran dari elemen hasil terjemahan mesin dan dengan menggunakan terjemahan yang baru.
Dalam melakukan proses evaluasi hasil post-editing, Mas Ade menjelaskan bahwa penerjemah perlu memperhatikan beberapa hal. Penerjemah perlu memastikan bahwa terminologi yang digunakan sudah konsisten, konvensi terhadap bahasa sasaran sudah tepat, dan format yang digunakan sudah benar. Perlu diperhatikan juga bahwa teks hasil sudah sesuai dengan target pembaca dan tujuan konten serta sudah sesuai dengan pedoman gaya yang diminta oleh klien.
Setelah Mas Ade menutup pemaparan materinya dengan rekapan singkat, moderator mengundang peserta untuk mengajukan pertanyaan. Sayangnya, beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta tidak sempat dijawab oleh Mas Ade karena terbatasnya waktu. Webinar pun ditutup oleh moderator setelah pengumuman dua orang pemenang voucer acara HPI Komda Jabar dan sesi foto bersama.
Pelokalan gim merupakan salah satu cabang dari profesi penerjemahan yang khusus dilakukan pada industri gim. Terkait dengan hal tersebut, HPI Komisi Daerah Jabar mengadakan Temu Virtual ke-9 dengan judul “A Deep Dive into Game Localization“. Dua orang narasumber yang diundang dalam acara ini adalah penerjemah yang tentunya sudah tidak asing dengan industri pelokalan gim, yaitu Mbak Lasheli Dwitri Witjaksana (Penerjemah A Space for the Unbound dan Coffee Talk) dan Kang Ikbal Fitriawan (Penerjemah di iyehee dan Digital-Trans Asia).
Acara ini dibuka pada pukul 09.00 pagi pada hari Sabtu, 18 Maret 2023. Acara dibuka dengan sambutan dari Irfan Ferlanda (Ketua HPI Komda Jabar 2023-2027) tentang alasan pemilihan topik Temu Virtual ini dan pengenalan pengurus di periode ini. Kemudian, moderator, Muhamad Rafy Adityana (anggota staf Divisi Informasi dan Teknologi Komda Jabar), memaparkan tata tertib acara dan memperkenalkan narasumber yang menjadi pembicara dalam acara Temu Virtual ke-9.
Mbak Lasheli memulai pemaparan materi dengan menunjukkan besarnya peluang penerjemahan gim karena banyaknya pemain gim di dunia, khususnya Indonesia yang menempati peringkat ke-2 setelah Filipina. Penerjemahan gim perlu memerhatikan aspek budaya sehingga konteks yang disampaikan dari bahasa sumber dapat dipahami oleh para pemain di bahasa target. Selanjutnya, penting bagi para penerjemah untuk memahami gim yang akan mereka terjemahkan serta memosisikan diri mereka sebagai pemain. Selain itu, penerjemah gim juga diharapkan untuk lebih memahami tren yang sedang terjadi di negara bahasa target sehingga konteks yang disampaikan akan terasa lebih akrab di pikiran para pemain gim. Terakhir, Mbak Lasheli menekankan pentingnya pengetahuan teknis terkait format gim itu sendiri.
Pada sesi kedua, Kang Ikbal memaparkan tantangan-tantangan yang akan dihadapi saat proses pelokalan gim dalam mobile game, khususnya pada genre RPG. Batasan karakter menjadi salah satu tantangan yang disebutkan karena para penerjemah harus dapat menerjemahkan teks dari bahasa target ke bahasa sumber dengan ruang yang terbatas. Selain itu, istilah-istilah khusus yang terdapat dalam gim perlu dipahami oleh penerjemah karena dapat menimbulkan kebingungan apabila tidak diterjemahkan dengan tepat. Lalu, deskripsi karakter menjadi tantangan lainnya karena suatu mobile game dapat memiliki banyak karakter di dalamnya. Penerjemah juga perlu memahami konteks dari gim tersebut, seperti apakah latar waktu dari gim tersebut berada di masa lalu, masa kini, atau masa depan. Kang Ikbal mengakhiri sesi pemaparannya dengan membagikan kiat-kiat yang dapat dilakukan bagi para penerjemah yang tertarik untuk bergelut di industri pelokalan gim.
Temu Virtual kali ini memicu banyak diskusi menarik. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh para peserta kepada kedua narasumber. Pertanyaan yang diajukan sangat beragam, mulai dari penerjemahan istilah dalam gim hingga pengalaman narasumber saat melakukan proses pelokalan gim. Salah satu pengalaman menarik yang dipaparkan oleh narasumber adalah ketika mereka diminta oleh developer gim untuk melokalkan seluruh konteks dalam gim, termasuk nama-nama kota dalam gim tersebut. Setelah diskusi selesai, acara ditutup secara resmi pada pukul 12.00 WIB.
Topik yang diambil pada Temu Virtual ke-7 HPI Komisi Daerah Jabar kali ini terbilang lebih “berat” dan serius dibanding acara-acara temu virtual sebelumnya, yaitu kode etik profesi penerjemah dan juru bahasa. Untuk mengimbangi keseriusan topik ini, panitia acara memilih dua orang narasumber yang memang telah lama akrab dengan perkembangan kode etik HPI seiring zaman, yaitu Bapak Hendarto Setiadi (Ketua Dewan Penasihat dan Kepatuhan HPI serta mantan Ketua Umum HPI periode 2007-2010) dan Bapak Indra Listyo (Ketua Umum HPI periode 2019-2024) dengan harapan agar kedua narasumber ini bisa menyajikan topik tersebut secara cair dan tidak membosankan.
Acara ini dibuka pukul 10.00 pagi pada hari Sabtu. 26 Maret 2022. Seperti biasanya, acara dimulai dengan sambutan dari Bapak Eki Qushay Akhwan (Ketua Komda Jabar 2019-2022) tentang latar belakang pemilihan topik Temu Virtual Ini, dilanjutkan dengan pembacaan tata tertib acara dan perkenalan narasumber oleh moderator Irfan Ferlanda (anggota staf Divisi Informasi dan Teknologi Komda Jabar).
Pak Hendarto membuka pemaparan materi utama dengan penjelasan singkat tentang asal-muasal kode etik HPI dan perkembangannya dari waktu ke waktu. Walaupun HPI didirikan pada tahun 1974, ternyata kode etik baru benar-benar ditetapkan pada tahun 2000 sebagai bagian dari upaya Bapak Benny Hoed (ketua umum HPI saat itu) membangunkan kembali organisasi dari keadaan mati suri. Keberadaan kode etik dipandang penting untuk mewujudkan salah satu tujuan baru HPI saat itu, yaitu mengangkat citra organisasi HPI pada khususnya dan profesi penerjemahan/penjurubahasaan pada umumnya. Kode etik HPI pada awalnya sangat pendek (hanya 1 lembar) dan mengacu pada kode etik American Translators Association. Seiring perjalanan waktu, kode etik ini mengalami revisi dan pengembangan lebih lanjut pada setiap Kongres HPI, termasuk pada Kongres terbaru tahun 2019 yang menambahkan kode perilaku penerjemah ke dokumen kode etik HPI saat ini.
Pak Indra Listyo melanjutkan pembahasan dengan ulasan tentang hubungan kode etik dengan visi/misi dan AD/ART HPI. Masalah ini tidak dibahas panjang-lebar karena sebagian besar paparan yang diberikan Pak Indra justru mengulas sejumlah contoh kasus pelanggaran kode etik secara lebih spesifik. Sesuai perkiraan, contoh-contoh kasus ini berhasil mengundang diskusi yang cukup hangat, terutama tentang kasus-kasus pelanggaran kode etik yang menyebabkan konflik klien-penerjemah ataupun antarpenerjemah. Bahasan yang muncul dalam diskusi tak ayal turut melebar ke beberapa isu terkait, misalnya kemungkinan perubahan isi dan penegakan kode etik jika HPI bermaksud memperluas keanggotaan (yang selama ini hanya terbuka bagi penerjemah dan juru bahasa individu) dengan menerima anggota yang berupa lembaga atau badan hukum. Satu lagi isu yang cukup mengundang perhatian adalah risiko moral yang muncul dari peraturan usangan tentang status penerjemah tersumpah (misalnya penggunaan cap/stempel oleh pihak yang tidak berhak akibat tiadanya mekanisme untuk mengakhiri berlakunya status penerjemah tersumpah yang telah meninggal dunia atau pensiun secara permanen) beserta potensi peran HPI dalam memberi masukan supaya peraturan baru yang sedang dikembangkan dapat mencegah masalah-masalah semacam itu.
Diskusi dalam Temu Virtual kali ini bisa dibilang sangat berhasil menarik perhatian peserta kepada berbagai isu yang terkait dengan kode etik organisasi HPI. Dengan banyaknya anggota yang tersadarkan bahwa masalah kode etik bukanlah topik yang membosankan, muncul pula wacana supaya pembahasan tentang kode etik HPI tidak hanya terbatas pada rapat singkat (hanya beberapa jam) pada acara Kongres yang hanya diadakan beberapa tahun sekali. Salah satu usulan yang mendapat cukup banyak dukungan adalah pembentukan tim kecil atau komisi jangka panjang untuk membahas berbagai pertanyaan dan usulan perubahan kode etik yang diajukan oleh para anggota HPI.
Pembicaraan pun tak lantas berhenti setelah materi selesai disajikan. Setelah acara ditutup secara resmi sesuai jadwal pada pukul 12.00, kedua narasumber dan sejumlah peserta tidak langsung meninggalkan acara; sebaliknya, obrolan dilanjutkan dalam bentuk silaturahmi dan diskusi bebas. Satu dari sekian banyak hal yang dibicarakan pada segmen ini adalah wacana pendirian Komda di beberapa daerah yang belum memiliki Komda sendiri. Menariknya, topik ini justru kembali membawa diskusi ke arah yang berhubungan dengan kode etik, terutama sikap sebagian kalangan penerjemah yang nampaknya keberatan dengan upaya HPI (bersama dengan beberapa mitra lembaga dan organisasi lainnya) untuk menegakkan standar profesionalitas yang lebih tinggi bagi profesi penerjemah dan juru bahasa.
Pengurus HPI Komda Jabar mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru untuk semua Sahabat HPI yang merayakannya.
Semoga cahaya terang Natal menyinari hidup Anda bersama keluarga dan membawa kegembiraan serta kedamaian untuk menyongsong Tahun Baru yang lebih gemilang.
Himpunan Penerjemah Indonesia Komisariat Daerah Jawa Barat kembali lagi untuk menyelenggarakan webinarnya yang ketujuh. Webinar kali ini bertajuk Kompetensi Berbahasa Indonesia untuk Penerjemah dan Seluk-Beluk UKBI yang dilaksanakan pada Sabtu, 30 Oktober 2021, pukul 10.00-12.00. Suasana pandemik COVID-19 yang belum sepenuhnya membaik menjadikan webinar ini masih diadakan secara daring melalui Zoom dan dihadiri oleh 128 peserta dari kalangan anggota HPI, baik penuh maupun muda. Selain itu, beberapa peserta juga merupakan nonanggota HPI. Webinar yang dipandu oleh Kang Joe ini menghadirkan pembicara mumpuni yang tidak asing lagi, yaitu Pak Dindin Samsudin, S.S. dari KKLP UKBI Balai Bahasa Jawa Barat berduet dengan Uda Ivan Lanin, direktur utama Narabahasa.
Kegiatan ini dibuka mulai pukul 9.30, dihadiri 10 peserta yang hadir di Zoom, dengan diiringi merdunya musik Sunda. Kang Joe dengan ciri khasnya selaku moderator bertegur sapa dengan peserta yang sudah hadir termasuk di antaranya dengan Pak Dindin, yang kemudian menceritakan pengalamannya saat bertugas di Nanggroe Aceh Darussalam.
Acara dimulai pukul 10.00 dengan 90 peserta yang sudah hadir saat itu. Pak Eki Qushay Akhwan, Ketua HPI Komda Jabar menyampaikan bahwa bahasa Indonesia diangkat sebagai tema webinar kali ini karena Oktober adalah Bulan Bahasa, bulan yang lebih dikenal dengan Sumpah Pemudanya. Webinar ini juga diharapkan dapat menjadi perwujudan poin ketiga Sumpah Pemuda yaitu menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Setelah menyambut peserta yang hadir dan berterima kasih kepada pengurus HPI Komda Jabar dan narasumber, acara dibuka dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim.
Setelah acara dibuka, Pak Dindin sebagai pembicara pertama menyajikan bahasan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka. Menurut beliau, UKBI Adaptif Merdeka ini seperti TOEFL untuk bahasa Indonesia. UKBI Adaptif Merdeka ini menguji kemahiran berbahasa lisan dan tulis penutur jati/asing bahasa Indonesia. Sertifikat UKBI dapat digunakan untuk seleksi penerimaan mahasiswa/ASN, sertifikat pendamping ijazah, penetapan karyawan/pegawai, lomba kebahasaan & sastra, beasiswa, syarat akademik.
Lebih jauh, Pak Dindin menjelaskan bahwa UKBI Adaptif Merdeka ini menggunakan kecerdasan buatan sehingga lebih andal, efisien, dan efektif daripada UKBI biasa. Algoritma komputer akan memberikan soal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi jika peserta bisa menjawab soal dengan benar. Ada lima seksi dalam UKBI, yaitu mendengarkan, merespons kaidah, membaca, menulis, dan berbicara. Namun, paket 1 UKBI hanya menawarkan tiga seksi pertama yang telah disebutkan. Seksi menulis hanya ada di paket 2 dan 3, sedangkan seksi berbicara hanya ada di paket 3.
UKBI ini dilaksanakan secara daring setiap hari Senin-Kamis pukul 8.00, 10.00, 13.00, 16.00, dan 19.00. Biaya pendaftaran UKBI ini adalah gratis untuk pelajar, Rp135.000,00 untuk mahasiswa, Rp300.000,00 untuk umum, dan Rp1.000.000,00 untuk warga negara asing. Calon peserta dapat mendaftar di ukbi.kemdikbud.go.id paling lambat dua hari kerja sebelum tanggal uji. Setelah melaksanakan UKBI, peserta akan diberi informasi mengenai waktu pengambilan sertifikatnya. Di sertifikat tersebut, akan tertulis nilai dan peringkat kemahiran UKBI, yang terdiri dari terbatas, marginal, semenjana, madya, unggul, sangat unggul, dan istimewa.
Pada pukul 10.50, sesi tanya jawab dimulai. Antusiasme tinggi para peserta sangat terasa dari banyaknya pertanyaan yang masuk. Pertanyaan-pertanyaan mengenai UKBI dari Pak Ferry Toar, Pak David Sinaga, Bu Clara Canceriana, Bu Alzena Nabiilah, dan Bu Ira Sawitri dijawab oleh Pak Dindin. Sesi tanya jawab ini disambung dengan kuis berhadiah bingkisan dari HPI untuk memilih dua orang yang berhasil menjawab dengan cepat dan tepat.
Pembahasan yang kedua, yang tidak kalah menarik dan bermanfaat, disampaikan oleh Uda Ivan Lanin yang memulai pembahasan tentang Keterampilan Bahasa untuk Penerjemah pada pukul 11.15. Menurutnya, ada enam laras bahasa, yaitu sastra, kreatif, jurnalistik, bisnis, ilmiah, hukum. Penerjemah juga perlu mengetahui laras bahasa yang harus digunakan ketika bekerja. Keenam laras bahasa ini dapat dipahami melalui lima tataran bahasa, yaitu wacana, paragraf, kalimat, kata, ejaan. Melalui tataran bahasa ini, penerjemah dapat menuangkan pikiran dengan lengkap dalam wacana, membagi tulisan menjadi unsur yang utuh dalam paragraf, merangkai kalimat yang efektif, memilih kata yang tepat dan efektif, dan merapikan tulisan huruf, kata, serta tanda baca.
Uda Ivan juga menjelaskan lebih jauh tentang pemadanan istilah yang dilakukan dengan menggunakan tiga cara, yaitu penyerapan, penerjemahan, dan gabungan. Penyerapan terdiri dari penyerapan langsung, lafal, ejaan, dan gabungan. Penerjemahan terdiri dari penerjemahan langsung dan perekaan. Pemadanan gabungan terdiri dari gabungan terikat dan bebas. Pembahasan ini dilanjutkan dengan pembahasan huruf, kata, dan ejaan dalam huruf. Perbedaan penulisan tanda baca dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris Britania, dan bahasa Inggris Amerika juga dijelaskan di sini.
Pembahasan materi ini dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Lagi-lagi, peserta sangat antusias hingga tidak semua pertanyaan dapat dijawab karena terbatasnya waktu. Pertanyaan-pertanyaan dari Pak Alexander Fredy, Pak Imam Yowidianto, dan Pak Masni Fanshuri berhasil terpilih dan dijawab oleh Uda Ivan. Setelah sesi tanya jawab, Uda Ivan mengajukan dua pertanyaan sebagai kuis dan dua orang yang berhasil menjawab dengan cepat dan tepat langsung dipilih oleh Uda Ivan. Setelah sesi tanya jawab dan kuis, Uda Ivan menutup webinar ini dengan slogan “Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing”.
Webinar ini berlangsung selama dua jam hingga pukul 12.00, dan berakhir, ditutup dengan pembacaan puisi “Bahasa Pemantik Persatuan Bangsa” oleh Kang Joe.
Pada perempat pertama tahun 2020, tak lama sebelum masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dimulai, HPI Komda Jabar mengadakan acara tatap muka berupa pelatihan penerjemahan dokumen kenotariatan. Animo peserta pada acara ini sangat tinggi, sampai ada sejumlah peserta yang datang dari luar daerah (misalnya Solo dan Gorontalo) untuk mengambil manfaat dari pelatihan tersebut. Oleh karena itu, pengurus Komda Jabar sudah lama mewacanakan lanjutan dari pelatihan ini, tetapi rencana ini berkali-kali terhalang oleh pandemi yang tak kunjung usai. Di sisi lain, Komda Jabar juga sudah berhasil mengadakan sejumlah acara daring sepanjang tahun 2020 dan awal tahun 2021, baik yang berupa webinar formal maupun Temu Virtual yang agak lebih santai. Akhirnya pengurus Komda Jabarpun mulai terpikir untuk mengadakan pelatihan lanjutan yang telah lama diwacanakan tersebut secara daring pula.
Untungnya, para narasumber pelatihan pertama setuju dengan gagasan tersebut. Topik pelatihan dokumen kenotariatan bagian II lantas ditetapkan sebagai tajuk resmi webinar ke-6 HPI Komda Jabar pada rangkaian acara daring 2020-2021.
Dengan pengalaman menyelenggarakan lima webinar sebelumnya, persiapan dan pelaksanaan acara ini tidak menimbulkan kesulitan berarti bagi panitia acara. Kali ini kami meminta bantuan Kang Joe untuk menjadi moderator dengan pertimbangan kemampuan beliau untuk mencairkan suasana dalam pertemuan daring.
Setelah perkenalan dan sambutan-sambutan di awal, acara berlanjut dengan penjelasan dari Ibu Ira Sawitri yang kental dengan pengalaman beliau sebagai praktisi. Di sinilah kekuatan HPI sebagai organisasi profesi sungguh nampak karena pemahaman yang dibawakan para anggota senior tidak hanya berdasar pada teori kebahasaan atau penerjemahan dari ruang kuliah tetapi juga dilengkapi dengan asam-garam pengalaman bekerja di lapangan.
Cukup banyak hal yang dijelaskan Ibu Ira, mulai dari peran penerjemah dalam mendampingi klien dan notaris, kewajiban penerjemah untuk tidak memihak, berbagai rincian tentang cara “menerjemahkan” pengertian antara dua atau lebih sistem kenotariatan yang berbeda, hingga peluang bisnis bagi penerjemah yang muncul dari interaksi sistem kenotariatan di dalam dan di luar negeri. Seperti biasa, penjelasan ini dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab.
Pemateri berikutnya, yaitu Bapak Samuel Siahaan, memberikan penjelasan yang bersifat lebih umum tentang hal-hal yang perlu diperhatikan penerjemah di bidang hukum, tidak hanya pada segi perbedaan hukum tetapi juga perbedaan budaya, sistem pemerintahan, dan sistem peradilan/penegakan hukum di negara-negara terkait.
Pak Samuel membumbui paparan beliau dengan sejumlah anekdot yang menyegarkan tetapi juga sangat berguna. Pada umumnya, pesan yang disampaikan Pak Samuel adalah penerjemah hukum perlu menyelesaikan cukup banyak pekerjaan persiapan di awal untuk mempelajari berbagai perbedaan budaya dan hukum supaya dapat memberi klien pemahaman tentang dampak perbedaan-perbedaan ini terhadap produk hukum yang akan diterjemahkan. Misalnya, klien dari negara-negara dengan sistem hukum Anglo-Sakson alias common law terbiasa berasumsi bahwa perjanjian antara dua pihak dapat menafikan aturan pemerintah pada bidang-bidang tertentu, jadi penerjemah perlu menjelaskan bahwa sistem hukum Indonesia mengacu dengan lebih ketat kepada hukum tertulis dan isi perjanjian tersebut bisa jadi batal demi hukum karena bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Tetapi sebaliknya juga, penerjemah di bidang hukum (termasuk kenotariatan) wajib mempertimbangkan segala daya dan upaya yang telah dicurahkan dalam kerja persiapan ini sewaktu memperhitungkan tarif yang akan ditagihkan kepada pelanggan.
Secara umum, seminar daring ini dapat dikatakan telah mengulang kesuksesan seminar tatap muka pada tahun 2020 yang lalu. Tetapi ini bukan berarti jajaran pengurus HPI Komda Jabar dapat berpuas diri, dan tak perlu diragukan lagi bahwa kami sudah mulai bergerak merencanakan acara-acara berikutnya.
Sembari menunggu bergulirnya program vaksinasi yang diharap akan mengakhiri pandemi COVID-19 belakangan ini, pengurus HPI Komda Jabar tentu saja tak hanya diam berpangku tangan. Sebaliknya, kami terus bergerak meneruskan kesuksesan rangkaian acara daring sepanjang tahun 2020 sebagai wahana silaturahmi maupun pengembangan profesi.
Temu Virtual 3: Serba-Serbi Pemasaran Jasa Penerjemahan Kepada Agensi dan Klien
Walaupun Temu Virtual 2 sebelumnya telah membahas topik pemasaran jasa penerjemahan dan penjurubahasaan pula, topik ini begitu besar hingga tak akan habis dibahas dalam satu pertemuan saja, dan tentunya masih banyak narasumber yang masih dapat membawakan perspektif unik yang menghibur sekaligus bermanfaat. Oleh karena itu Temu Virtual ke-3 Komda Jabar ini kembali mengangkat topik pemasaran dari sudut pandang Dewantoro Ratri, seorang penerjemah dan juru bahasa kawakan dari Sidoarjo yang juga berpengalaman mengelola agensi penerjemahan. Mas Dewa menceritakan pengalamannya tersebut dengan gaya yang kocak dan memicu diskusi yang cukup ramai di antara para peserta.
Webinar 5 : Penerjemahan Manual Alat Medis
Alat-alat medis di Indonesia masih didominasi barang impor dari luar negeri. Tentu saja buku/selebaran panduan penggunaan alat-alat medis tersebut ditulis dalam bahasa asing pula, sehingga penerjemahan materi panduan ini memegang peranan penting dalam transfer ilmu dan teknologi kesehatan ke dalam negeri — terlebih lagi dengan munculnya pandemi COVID-19 yang semakin meningkatkan kebutuhan akan berbagai alat medis beserta bahan panduan terkait. Oleh karena itu, penerjemahan manual alat medis menjadi topik yang tepat untuk diangkat dalam webinar ke-5 Komda Jabar, terutama bagi para penerjemah yang ingin mampu memanfaatkan peluang di bidang ini sebagai ganti menurunnya permintaan jasa penerjemahan di sejumlah bidang lainnya pada masa pandemi.
Sebenarnya webinar ini terbagi menjadi dua sesi, dengan sesi pertama yang membahas masalah kesehatan dan kebugaran bagi kalangan penerjemah yang cenderung menghabiskan sebagian besar waktu di dalam ruangan, apalagi di tengah keadaan yang membatasi berbagai kegiatan olahraga di luar ruangan. Topik ini sudah sempat dibahas pada acara Temu Virtual 1 tahun lalu tetapi kali ini panitia mengambil kesempatan untuk mengangkatnya kembali secara lebih rapi dan sistematis. Mulai dari pola makan, berbagai bentuk olahraga atau latihan kebugaran yang dapat dilakukan tanpa keluar rumah, hingga kebiasaan kerja yang lebih sadar kesehatan (misalnya mengistirahatkan mata, menggunakan meja kerja pada posisi berdiri, atau sesekali meninggalkan kursi/tempat duduk untuk bergerak dan melemaskan tungkai), semuanya dibahas oleh kedua narasumber dengan singkat tetapi jelas. Tetapi ada sejumlah peserta yang nampaknya heran atau kaget dengan materi sesi pertama ini, mungkin karena panitia kurang jelas menjabarkan jadwal dan struktur acara pada materi promosi webinar. Pengalaman ini menjadi masukan yang berharga bagi pengurus Komda sebagai bahan pertimbangan untuk penyusunan materi promosi acara-acara berikutnya.
Kemudian sesi kedua mengulas materi utama webinar ini, yaitu seluk-beluk penerjemahan naskah panduan penggunaan alat-alat medis. Seperti biasa, penjelasan di sini menggarisbawahi kenyataan bahwa penerjemah yang hendak memasuki bidang ini tidak hanya memerlukan pemahaman tentang istilah-istilah di bidang kesehatan, kedokteran, dan sedikit-banyak teknik serta elektronika, tetapi juga harus siap menyesuaikan produk terjemahan dengan spesifikasi dan kebutuhan pihak klien, terutama jika pengguna akhir mungkin akan merasa tidak nyaman atau dibingungkan dengan pemilihan padanan istilah yang terlalu baku dan kaku.
Temu Virtual 4: Di Balik Layar — Liku-Liku Perjuangan Membangun Karier Penerjemah dan Juru Bahasa
Sesuai dengan sifat acara Temu Virtual yang lebih “longgar” dan tidak formal dibandingkan dengan webinar, topik TV 4 ini lebih cenderung diarahkan untuk memicu diskusi daripada mengajarkan/menyajikan materi satu arah. Panitiapun sengaja memilih dua orang narasumber dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda jauh sepanjang jalan meniti karier masing-masing. Hasilnya ternyata sesuai harapan, karena bahasan yang muncul pada acara temu virtual ini cukup berhasil menyajikan luasnya ragam pengalaman para tenaga profesional di bidang penerjemahan dan penjurubahasaan. Sebagai contoh, salah satu narasumber menjelaskan bahwa profesi penerjemah dan juru bahasa tidak hanya dapat ditekuni oleh orang-orang yang memandang penerjemahan atau penjurubahasaan sebagai panggilan hidup; tidak ada salahnya menggunakan profesi ini untuk mengepulkan asap dapur sembari menekuni kegiatan atau pekerjaan lain yang lebih menarik/menyenangkan tetapi tidak cocok untuk dijadikan sumber pendapatan utama.