Laporan Pandangan Mata Kegiatan Temu Virtual 9 Komda Jabar: A Deep Dive into Game Localization

Pelokalan gim merupakan salah satu cabang dari profesi penerjemahan yang khusus dilakukan pada industri gim. Terkait dengan hal tersebut, HPI Komisi Daerah Jabar mengadakan Temu Virtual ke-9 dengan judul “A Deep Dive into Game Localization“. Dua orang narasumber yang diundang dalam acara ini adalah penerjemah yang tentunya sudah tidak asing dengan industri pelokalan gim, yaitu Mbak Lasheli Dwitri Witjaksana (Penerjemah A Space for the Unbound dan Coffee Talk) dan Kang Ikbal Fitriawan (Penerjemah di iyehee dan Digital-Trans Asia).

Acara ini dibuka pada pukul 09.00 pagi pada hari Sabtu, 18 Maret 2023. Acara dibuka dengan sambutan dari Irfan Ferlanda (Ketua HPI Komda Jabar 2023-2027) tentang alasan pemilihan topik Temu Virtual ini dan pengenalan pengurus di periode ini. Kemudian, moderator, Muhamad Rafy Adityana (anggota staf Divisi Informasi dan Teknologi Komda Jabar), memaparkan tata tertib acara dan memperkenalkan narasumber yang menjadi pembicara dalam acara Temu Virtual ke-9.

Mbak Lasheli memulai pemaparan materi dengan menunjukkan besarnya peluang penerjemahan gim karena banyaknya pemain gim di dunia, khususnya Indonesia yang menempati peringkat ke-2 setelah Filipina. Penerjemahan gim perlu memerhatikan aspek budaya sehingga konteks yang disampaikan dari bahasa sumber dapat dipahami oleh para pemain di bahasa target. Selanjutnya, penting bagi para penerjemah untuk memahami gim yang akan mereka terjemahkan serta memosisikan diri mereka sebagai pemain. Selain itu, penerjemah gim juga diharapkan untuk lebih memahami tren yang sedang terjadi di negara bahasa target sehingga konteks yang disampaikan akan terasa lebih akrab di pikiran para pemain gim. Terakhir, Mbak Lasheli menekankan pentingnya pengetahuan teknis terkait format gim itu sendiri.

Pada sesi kedua, Kang Ikbal memaparkan tantangan-tantangan yang akan dihadapi saat proses pelokalan gim dalam mobile game, khususnya pada genre RPG. Batasan karakter menjadi salah satu tantangan yang disebutkan karena para penerjemah harus dapat menerjemahkan teks dari bahasa target ke bahasa sumber dengan ruang yang terbatas. Selain itu, istilah-istilah khusus yang terdapat dalam gim perlu dipahami oleh penerjemah karena dapat menimbulkan kebingungan apabila tidak diterjemahkan dengan tepat. Lalu, deskripsi karakter menjadi tantangan lainnya karena suatu mobile game dapat memiliki banyak karakter di dalamnya. Penerjemah juga perlu memahami konteks dari gim tersebut, seperti apakah latar waktu dari gim tersebut berada di masa lalu, masa kini, atau masa depan. Kang Ikbal mengakhiri sesi pemaparannya dengan membagikan kiat-kiat yang dapat dilakukan bagi para penerjemah yang tertarik untuk bergelut di industri pelokalan gim.

Temu Virtual kali ini memicu banyak diskusi menarik. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh para peserta kepada kedua narasumber. Pertanyaan yang diajukan sangat beragam, mulai dari penerjemahan istilah dalam gim hingga pengalaman narasumber saat melakukan proses pelokalan gim. Salah satu pengalaman menarik yang dipaparkan oleh narasumber adalah ketika mereka diminta oleh developer gim untuk melokalkan seluruh konteks dalam gim, termasuk nama-nama kota dalam gim tersebut. Setelah diskusi selesai, acara ditutup secara resmi pada pukul 12.00 WIB.

Laporan Pandangan Mata Kegiatan Temu Virtual 7 Komda Jabar: Kode Etik Profesi Penerjemah

Topik yang diambil pada Temu Virtual ke-7 HPI Komisi Daerah Jabar kali ini terbilang lebih “berat” dan serius dibanding acara-acara temu virtual sebelumnya, yaitu kode etik profesi penerjemah dan juru bahasa. Untuk mengimbangi keseriusan topik ini, panitia acara memilih dua orang narasumber yang memang telah lama akrab dengan perkembangan kode etik HPI seiring zaman, yaitu Bapak Hendarto Setiadi (Ketua Dewan Penasihat dan Kepatuhan HPI serta mantan Ketua Umum HPI periode 2007-2010) dan Bapak Indra Listyo (Ketua Umum HPI periode 2019-2024) dengan harapan agar kedua narasumber ini bisa menyajikan topik tersebut secara cair dan tidak membosankan.

Acara ini dibuka pukul 10.00 pagi pada hari Sabtu. 26 Maret 2022. Seperti biasanya, acara dimulai dengan sambutan dari Bapak Eki Qushay Akhwan (Ketua Komda Jabar 2019-2022) tentang latar belakang pemilihan topik Temu Virtual Ini, dilanjutkan dengan pembacaan tata tertib acara dan perkenalan narasumber oleh moderator Irfan Ferlanda (anggota staf Divisi Informasi dan Teknologi Komda Jabar).

Pak Hendarto membuka pemaparan materi utama dengan penjelasan singkat tentang asal-muasal kode etik HPI dan perkembangannya dari waktu ke waktu. Walaupun HPI didirikan pada tahun 1974, ternyata kode etik baru benar-benar ditetapkan pada tahun 2000 sebagai bagian dari upaya Bapak Benny Hoed (ketua umum HPI saat itu) membangunkan kembali organisasi dari keadaan mati suri. Keberadaan kode etik dipandang penting untuk mewujudkan salah satu tujuan baru HPI saat itu, yaitu mengangkat citra organisasi HPI pada khususnya dan profesi penerjemahan/penjurubahasaan pada umumnya. Kode etik HPI pada awalnya sangat pendek (hanya 1 lembar) dan mengacu pada kode etik American Translators Association. Seiring perjalanan waktu, kode etik ini mengalami revisi dan pengembangan lebih lanjut pada setiap Kongres HPI, termasuk pada Kongres terbaru tahun 2019 yang menambahkan kode perilaku penerjemah ke dokumen kode etik HPI saat ini.

Pak Indra Listyo melanjutkan pembahasan dengan ulasan tentang hubungan kode etik dengan visi/misi dan AD/ART HPI. Masalah ini tidak dibahas panjang-lebar karena sebagian besar paparan yang diberikan Pak Indra justru mengulas sejumlah contoh kasus pelanggaran kode etik secara lebih spesifik. Sesuai perkiraan, contoh-contoh kasus ini berhasil mengundang diskusi yang cukup hangat, terutama tentang kasus-kasus pelanggaran kode etik yang menyebabkan konflik klien-penerjemah ataupun antarpenerjemah. Bahasan yang muncul dalam diskusi tak ayal turut melebar ke beberapa isu terkait, misalnya kemungkinan perubahan isi dan penegakan kode etik jika HPI bermaksud memperluas keanggotaan (yang selama ini hanya terbuka bagi penerjemah dan juru bahasa individu) dengan menerima anggota yang berupa lembaga atau badan hukum. Satu lagi isu yang cukup mengundang perhatian adalah risiko moral yang muncul dari peraturan usangan tentang status penerjemah tersumpah (misalnya penggunaan cap/stempel oleh pihak yang tidak berhak akibat tiadanya mekanisme untuk mengakhiri berlakunya status penerjemah tersumpah yang telah meninggal dunia atau pensiun secara permanen) beserta potensi peran HPI dalam memberi masukan supaya peraturan baru yang sedang dikembangkan dapat mencegah masalah-masalah semacam itu.

Diskusi dalam Temu Virtual kali ini bisa dibilang sangat berhasil menarik perhatian peserta kepada berbagai isu yang terkait dengan kode etik organisasi HPI. Dengan banyaknya anggota yang tersadarkan bahwa masalah kode etik bukanlah topik yang membosankan, muncul pula wacana supaya pembahasan tentang kode etik HPI tidak hanya terbatas pada rapat singkat (hanya beberapa jam) pada acara Kongres yang hanya diadakan beberapa tahun sekali. Salah satu usulan yang mendapat cukup banyak dukungan adalah pembentukan tim kecil atau komisi jangka panjang untuk membahas berbagai pertanyaan dan usulan perubahan kode etik yang diajukan oleh para anggota HPI.

Pembicaraan pun tak lantas berhenti setelah materi selesai disajikan. Setelah acara ditutup secara resmi sesuai jadwal pada pukul 12.00, kedua narasumber dan sejumlah peserta tidak langsung meninggalkan acara; sebaliknya, obrolan dilanjutkan dalam bentuk silaturahmi dan diskusi bebas. Satu dari sekian banyak hal yang dibicarakan pada segmen ini adalah wacana pendirian Komda di beberapa daerah yang belum memiliki Komda sendiri. Menariknya, topik ini justru kembali membawa diskusi ke arah yang berhubungan dengan kode etik, terutama sikap sebagian kalangan penerjemah yang nampaknya keberatan dengan upaya HPI (bersama dengan beberapa mitra lembaga dan organisasi lainnya) untuk menegakkan standar profesionalitas yang lebih tinggi bagi profesi penerjemah dan juru bahasa.

Laporan Kegiatan “Temu Virtual 2 HPI Komda Jabar: Pemasaran Jasa dan Komunikasi dengan Klien/Agensi”

HPI terus didatangi generasi-generasi muda yang ingin meniti karir di dunia penerjemahan. Topik pemasaran dan komunikasi dengan klien tak luput dari pertanyaan yang dilontarkan peserta-peserta webinar dan temu virtual HPI untuk memulai kariernya.

Temu Virtual 2 HPI Komda Jabar: Pemasaran Jasa dan Komunikasi dengan Klien/Agensi dilaksanakan untuk memenuhi permintaan anggota HPI. Kegiatan tersebut merupakan acara eksklusif anggota HPI, terutama anggota HPI Komda Jabar.

Temu virtual perdana HPI Komda Jabar dilaksanakan pada Sabtu, 7 November 2020 pukul 10.00 dan dihadiri oleh puluhan anggota HPI Komda Jabar. Acara dibuka oleh Ilham Santoso dan Hatfina Sakinah selaku moderator, kemudian sambutan diberikan oleh Pak Eki Qushay selaku Ketua HPI Komda Jabar, dan materi disampaikan oleh Pak Adhi, Kang Joe, Mbak Andina, Pak Fajar, dan Bu Eva selaku narasumber.

Para narasumber menceritakan perjalanannya menuju dunia penerjemahan. Narasumber pertama adalah Pak Adhi selaku penerjemah Inggris-Indonesia. Beliau bercerita mengenai perjuangan yang dimulai dari paruh waktu ketika masih berstatus mahasiswa. Perjuangan tersebut dilanjutkan dengan purnawaktu yang terus berkembang. Beliau berbagi mengenai pemasaran yang dapat dilakukan dengan menjadi pengurus dan anggota organisasi penerjemah. Tidak ada maksud untuk melakukan pemasaran secara langsung, tetapi jejaring tersebut ikut berperan dalam membangun kariernya.

Kemudian Kang Joe, seorang juru bahasa Jepang-Indonesia, menitikberatkan kualitas bagi penerjemah untuk meniti karier. Kualitas yang dimaksud itu adalah aman, nyaman, dan bermanfaat. Tiga hal tersebut berkaitan dengan barang/jasa yang ditawarkan penerjemah kepada klien atau calon pembeli.

Selanjutnya Mbak Andina, selaku penerjemah Prancis-Indonesia, menceritakan perjalanan lintas kota hingga lintas negeri dalam dunia penerjemahan. “Tak ada yang sia-sia”, ucap Mbak Andina. Mbak Andina memberanikan diri dalam melakukan banyak hal yang dinilai berisiko hingga berhasil berpindah dari “mencari klien” ke “dicari klien”.

Kemudian Pak Fajar, seorang juru bahasa Inggris-Indonesia, bercerita bahwa “karier penerjemahan” memiliki arti luas. Beliau memulai dengan membantu teman-teman yang membutuhkan bantuan dalam penerjemahan. Beliau menyatakan bahwa penerjemah perlu dikenal, seperti yang disampaikan oleh narasumber lainnya. Oleh sebab itu, penting bagi penerjemah untuk memperluas jejaring, seperti bergabung dengan forum dan milis professional. Pak Fajar juga mengingatkan pentingnya menahan emosi kepada klien/agensi selama menjadi penerjemah.

Narasumber terakhir adalah Bu Eva selaku penerjemah Jerman-Indonesia. Beliau menanamkan pentingnya citra bagi penerjemah. Penerjemah perlu menahan emosi, positive thinking terhadapat klien, dan selalu menjaga kualitas pekerjaan. Beliau berkata bahwa pemasaran tidak hanya dapat dilakukan melalui hard-selling, tetapi juga bisa melalui soft-selling. Kemudian buah yang didapat saat ini bukanlah hasil dari soft-selling beberapa bulan yang lalu, tetapi dari bertahun-tahun lamanya. Penerjemah perlu membangun jejaring untuk menunjang kariernya.

Setelah semua narasumber selesai berbagi pengalaman, sesi tanya-jawab dibuka. Peserta membanjiri sesi tanya-jawab dengan pertanyaan yang tak bisa dibahas tuntas dalam satu pertemuan ini.

Sesi foto bersama di Temu Virtual 2 HPI Komda Jabar, 7 November 2020

Kegiatan temu virtual berjalan dengan lancar dan diakhiri oleh moderator sekitar pukul 13.00 dengan sesi foto bersama dan penutupan oleh Pak Eki Qushay. Kegiatan temu virtual mendapat banyak respon positif dari peserta yang hadir.

Laporan Kegiatan “Ngobrol Santai HPI Komda Jabar: Bedah e-Book ‘Catatan Seorang Pekerja Teks Komersial’ dan Kiat Sehat bagi Penerjemah”

Hari demi hari masih terus dijalani dengan pandemi yang melanda—bukankah sebuah buku dan kiat sehat dapat menjadi sahabat bagi penerjemah di tengah pandemi ini?

Terlebih lagi, kita tak lepas dari protokol yang menuntut untuk menjauhi kerumunan—bukankah temu virtual menjadi sarana yang sehat untuk bersosialisasi saat ini?

Temu virtual perdana dengan topik “Ngobrol Santai HPI Komda Jabar: Bedah e-Book ‘Catatan Seorang Pekerja Teks Komersial’ dan Kiat Sehat bagi Penerjemah” dilaksanakan sebagai bentuk silaturahmi anggota HPI yang diadakan oleh HPI Komda Jabar. Temu virtual kini diadakan untuk menggantikan kegiatan Kopi Darat (Kopdar) yang sebelumnya sering diselenggarakan oleh HPI Komda Jabar.

Temu virtual perdana HPI Komda Jabar dilaksanakan pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 13.00 dan dihadiri oleh puluhan anggota HPI Komda Jabar dan tamu terundang. Acara dibuka oleh Ilham Santoso dan Hatfina Sakinah selaku moderator, kemudian sambutan diberikan oleh Pak Eki Qushay selaku Ketua HPI Komda Jabar, dilanjutkan dengan pengenalan pengurus HPI Komda Jabar, dan materi disampaikan oleh Bu Dina Begum dan Bu Maria Renata selaku narasumber.

Pemaparan materi dan diskusi sesi pertama dilakukan dengan menjelajahi kehidupan penerjemah dan penulis di Catatan Seorang Pekerja Teks Komersial yang baru diluncurkan oleh Bu Dina Begum dalam bentuk e-book berdasarkan blog miliknya. Beliau menceritakan pengalamannya yang dimulai dengan modal kemampuan berbahasa dan mencintai novel hingga dapat menjadi seorang penerjemah dan penulis. Tak hanya mengenai perjalanan Bu Dina sebelum menjadi penerjemah, peserta temu virtual juga penasaran mengenai kehidupannya setelah menjadi penerjemah dan penulis.

Sesi diskusi pun dipenuhi dengan tanya jawab antara Bu Dina, moderator, dan peserta mengenai pengalaman serta kiat sebagai penerjemah sekaligus penulis. Selain itu, diskusi meluas ke kendala serta kiat mencari dan menghadapi klien luar negeri. Tak lupa, peserta menanyakan cara Bu Dina menghadapi tugas terjemahan yang terlampau banyak dengan tenggat waktu yang singkat.

Sebelum dilanjutkan ke sesi berikutnya, moderator menyisipkan pengumuman prima kegiatan webinar mendatang dengan jumlah peserta yang dibatasi. Keistimewaan tersebut diberikan bagi anggota HPI yang hadir di temu virtual.

Materi dan diskusi sesi kedua berisi kiat sehat bagi penerjemah dari Bu Maria Renata. Bu Maria mengajak penerjemah, yang pekerjaannya mengharuskan duduk di depan komputer, untuk hidup lebih sehat meski di tengah pandemi. Beliau menceritakan kisah duka yang menjadi motivasi untuk memulai hidup sehat. Kalori dari makanan beliau perhitungkan dan beliau tanyakan pada diri sendiri, “Worth it, tidak?” jika dibandingkan dengan olahraga sebagai “bayaran” untuk menebus jumlah kalori dari makanan tersebut. Tidak heran beliau malah dapat mengurangi berat badan, di tengah pandemi yang justru seakan membuat orang lain kesulitan menjaga berat badan agar tidak naik.

Kata “konsisten” diucapkan berulang kali oleh Bu Maria untuk menekankan bahwa olahraga tidak harus berat, tidak harus lama—yang penting “konsisten”. Kesungguhan untuk tetap konsisten berhasil meningkatkan kemampuan dan membawa beliau ke pintu kemenangan beberapa lomba lari offline dan online. Dharma selaku tamu turut hadir untuk berbagi pengalaman mengenai keberhasilan mengurangi berat badan hingga puluhan kilogram selama pandemi sehingga merasa lebih fit dan produktif—sekali lagi, kuncinya adalah “konsisten”.

Sesi foto bersama di akhir acara Temu Virtual 1 HPI Komda Jabar, 19 September 2020

Kegiatan temu virtual berjalan dengan lancar dan diakhiri oleh moderator sekitar pukul 15.20 dengan sesi foto bersama serta pengingat kembali tentang webinar mendatang. Kegiatan temu virtual mendapat banyak respon positif dari peserta yang hadir.